1. Umum

27 Pengertian Sosialisasi Menurut Para Ahli Terlengkap : kangbro.com

Halo semuanya! Bagaimana kabarnya hari ini? Pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai “27 pengertian sosialisasi menurut para ahli terlengkap”. Sosialisasi merupakan proses pembelajaran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam proses sosialisasi, manusia belajar bagaimana bergaul dengan orang lain, mengikuti norma-norma sosial, serta membangun identitas diri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami pengertian sosialisasi menurut para ahli terkenal.

1. George Herbert Mead

George Herbert Mead adalah seorang filsuf dan sosiolog asal Amerika Serikat yang mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Mead, sosialisasi adalah proses pembelajaran individu untuk mengadopsi pola-pola perilaku yang diterima oleh masyarakat. Mead juga mengatakan bahwa sosialisasi terjadi melalui tiga tahap yaitu preparatori stage, play stage, dan game stage.

Selain itu, Mead juga mengemukakan bahwa dalam proses sosialisasi, manusia belajar membuat simbol-simbol verbal dan non-verbal yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Mead, kemampuan manusia untuk memahami makna simbol-simbol tersebut adalah kunci dalam proses sosialisasi.

Meskipun teori Mead terbilang lama, namun konsep dasarnya masih digunakan hingga saat ini dalam penelitian sosialisasi dan psikologi sosial.

2. Charles Horton Cooley

Charles Horton Cooley adalah seorang sosiolog asal Amerika Serikat yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Cooley, sosialisasi terjadi melalui proses yang disebut sebagai “looking glass self”. Artinya, manusia terbentuk dalam cara pandang orang lain terhadap dirinya sendiri.

Dalam pandangan Cooley, manusia belajar memahami dirinya sendiri melalui interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, pandangan orang lain terhadap diri kita sangat mempengaruhi proses sosialisasi kita.

Selain itu, Cooley juga mengemukakan bahwa, melalui sosialisasi, manusia membangun identitas diri dan menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.

3. Jean Piaget

Jean Piaget adalah seorang psikolog asal Swiss yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Piaget, sosialisasi terjadi melalui proses pengembangan kognitif anak.

Dalam teorinya, Piaget mengatakan bahwa anak-anak belajar melalui pengalaman mereka dengan dunia di sekeliling mereka. Oleh karena itu, lingkungan yang positif dan mendukung sangat penting dalam proses sosialisasi anak.

Selain itu, Piaget juga mengemukakan bahwa, dalam proses sosialisasi, anak-anak belajar mengembangkan moralitas dan etika yang benar. Hal ini terjadi melalui proses pengembangan kognitif mereka dan pengalaman sosial yang mereka alami.

4. Lev Vygotsky

Lev Vygotsky adalah seorang psikolog asal Rusia yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Vygotsky, sosialisasi terjadi melalui proses interaksi sosial antara individu dan lingkungannya.

Dalam teorinya, Vygotsky mengatakan bahwa individu belajar melalui berinteraksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman. Oleh karena itu, pandangan dan pengaruh orang-orang yang lebih tua atau lebih berpengalaman sangat penting dalam proses sosialisasi.

TRENDING 🔥:  Membangun Kepercayaan Merek Melalui Press Release : pressrelease.co.id

Selain itu, Vygotsky juga mengemukakan bahwa, dalam proses sosialisasi, individu belajar mengembangkan kemampuan-kemampuan kognitif yang lebih tinggi melalui interaksi sosial. Hal ini dikenal sebagai zona perkembangan proksimal.

5. Lawrence Kohlberg

Lawrence Kohlberg adalah seorang psikolog asal Amerika Serikat yang mengembangkan teori sosialisasi moral. Menurut Kohlberg, sosialisasi moral terjadi melalui proses perkembangan moral anak.

Dalam teorinya, Kohlberg mengatakan bahwa anak-anak belajar moralitas melalui interaksi dengan orang lain dan pemahaman mereka sendiri tentang apa yang benar dan salah. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan pengarahan moral yang benar agar anak-anak dapat tumbuh menjadi anggota masyarakat yang baik.

Selain itu, Kohlberg juga mengemukakan bahwa, dalam proses sosialisasi moral, anak-anak mengalami tiga tahap moral yaitu pre-konvensional, konvensional, dan post-konvensional.

6. Erik Erikson

Erik Erikson adalah seorang psikoanalis asal Jerman yang mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Erikson, sosialisasi terjadi melalui proses perkembangan psikososial individu.

Dalam teorinya, Erikson mengatakan bahwa individu mengalami delapan tahap perkembangan psikososial dalam hidupnya yang mempengaruhi cara pandang mereka terhadap dunia dan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, di setiap tahap perkembangan psikososial, penting bagi individu untuk memperoleh pengalaman yang baik agar dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang sehat secara psikologis.

Selain itu, Erikson juga mengemukakan bahwa, dalam proses sosialisasi, individu belajar memahami dan menghargai norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

7. Sigmund Freud

Sigmund Freud adalah seorang psikoanalis asal Austria yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Freud, sosialisasi terjadi melalui proses pembentukan identitas ego.

Dalam teorinya, Freud mengatakan bahwa individu mengalami konflik antara tiga komponen kejiwaan mereka yaitu id, ego, dan superego. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mampu mengendalikan diri mereka dan menerima norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Selain itu, Freud juga mengemukakan bahwa, dalam proses sosialisasi, individu memperoleh kepuasan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk membangun relasi sosial yang sehat.

8. Morris Rosenberg

Morris Rosenberg adalah seorang sosiolog asal Amerika Serikat yang mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Rosenberg, individu belajar mengembangkan identitas sosial melalui interaksi dengan orang lain dan pengalaman sosial mereka.

Dalam teorinya, Rosenberg mengatakan bahwa pengalaman sosial seseorang sangat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap diri mereka sendiri dan masyarakat di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengalaman sosial yang positif dan mendukung dalam hidupnya.

Selain itu, Rosenberg juga mengemukakan bahwa, dalam proses sosialisasi, individu belajar memahami norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat dan mengadopsi perilaku yang sesuai untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.

TRENDING 🔥:  Rental Motor Semarang Barat Area Banyumanik Terpercaya : rentalmotorsemarang.com

9. David Émile Durkheim

David Émile Durkheim adalah seorang sosiolog asal Prancis yang mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Durkheim, sosialisasi terjadi melalui proses belajar norma-norma sosial dan mengadopsi perilaku yang sesuai dengan norma-norma tersebut.

Dalam teorinya, Durkheim mengatakan bahwa individu belajar menghargai dan mematuhi norma-norma sosial melalui proses sosialisasi. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengarahan moral yang benar agar dapat menjadi anggota masyarakat yang baik.

Selain itu, Durkheim juga mengemukakan bahwa, dalam masyarakat modern, individu belajar memahami dan menghargai perbedaan budaya dan agama yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang harmonis.

10. Herbert Spencer

Herbert Spencer adalah seorang filsuf dan sosiolog asal Inggris yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Spencer, sosialisasi terjadi melalui proses pembelajaran individu untuk mengadopsi perilaku yang diterima oleh masyarakat.

Dalam teorinya, Spencer mengatakan bahwa individu memperoleh nilai-nilai dan norma-norma sosial melalui pengalaman sosial mereka. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengalaman sosial yang positif dalam hidupnya.

Selain itu, Spencer juga mengemukakan bahwa individu belajar memahami dan menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang harmonis dan menjaga stabilitas masyarakat.

11. Edward Sapir

Edward Sapir adalah seorang antropolog asal Amerika Serikat yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Sapir, sosialisasi terjadi melalui proses pembelajaran individu untuk berbahasa.

Dalam teorinya, Sapir mengatakan bahwa bahasa adalah alat penting dalam proses sosialisasi manusia. Melalui bahasa, individu belajar memahami norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat dan mengadopsi perilaku yang sesuai dengan norma-norma tersebut.

Selain itu, Sapir juga mengemukakan bahwa bahasa mempengaruhi cara pandang individu terhadap diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengalaman bahasa yang baik dan mendukung dalam hidupnya.

12. Clifford Geertz

Clifford Geertz adalah seorang antropolog asal Amerika Serikat yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Geertz, sosialisasi terjadi melalui proses pembelajaran individu untuk mengikuti norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam teorinya, Geertz mengatakan bahwa setiap masyarakat memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu, individu harus belajar mengikuti norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Selain itu, Geertz juga mengemukakan bahwa individu belajar memahami dan menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang harmonis dan menghindari konflik sosial.

TRENDING 🔥:  TeknoBGT: Mau Jadi Call Center Tiket com, Harus Kuasai Skill Ini

13. Emile Jean-Jacques Rousseau

Emile Jean-Jacques Rousseau adalah seorang filsuf asal Prancis yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Rousseau, sosialisasi terjadi melalui proses pembelajaran individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

Dalam teorinya, Rousseau mengatakan bahwa manusia dilahirkan dengan naluri-naluri dasar yang harus dipenuhi agar dapat hidup secara mandiri dan harmonis dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengalaman sosial yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

Selain itu, Rousseau juga mengemukakan bahwa individu belajar memahami dan menghargai hak-hak asasi manusia dalam masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang adil dan demokratis.

14. Max Weber

Max Weber adalah seorang sosiolog asal Jerman yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Weber, sosialisasi terjadi melalui proses pembelajaran individu untuk mengikuti norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam teorinya, Weber mengatakan bahwa individu belajar memahami dan mengikuti norma-norma sosial melalui proses sosialisasi. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengarahan moral yang benar agar dapat menjadi anggota masyarakat yang baik.

Selain itu, Weber juga mengemukakan bahwa individu belajar memahami dan menghargai perbedaan budaya dan agama yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang harmonis dan menjaga stabilitas masyarakat.

15. Charles Taylor

Charles Taylor adalah seorang filsuf dan sosiolog asal Kanada yang mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Taylor, sosialisasi terjadi melalui proses pembelajaran individu untuk memahami dan menghargai pluralisme budaya dan agama dalam masyarakat.

Dalam teorinya, Taylor mengatakan bahwa individu belajar memahami norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat melalui interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengalaman sosial yang positif dan mendukung dalam hidupnya.

Selain itu, Taylor juga mengemukakan bahwa individu belajar memahami dan menghargai hak-hak asasi manusia dalam masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang adil dan demokratis.

16. Erving Goffman

Erving Goffman adalah seorang sosiolog asal Kanada yang juga mengembangkan teori sosialisasi. Menurut Goffman, sosialisasi terjadi melalui proses pembelajaran individu untuk memahami dan mengikuti norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam teorinya, Goffman mengatakan bahwa individu belajar bagaimana “menampilkan diri” dalam interaksi sosial dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperoleh pengalaman sosial yang baik dan mendukung dalam hidupnya.

Selain itu, Goffman juga mengemukakan bahwa individu belajar memahami dan menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan hubungan sosial yang harmonis dan menghindari konf

Sumber :